Cerita Bokep Menikmati 4 generasi
Cerita 18+, Cerita Bokep, Cerita Sex, Tante Cerita 18+, Cerita dewasa, Cerita Sange, Cerita sex, Fantasi, Tante, Viral
ceritasange.com – Halo sobat Ceritasange 👋 Sebelum masuk ke cerita panas di sini, gua mau rekomendasiin web temen gua dulu nih.
Isinya juga full 18+ 🔥 dan dijamin bikin kalian betah lama-lama nongkrong di sana. Kalau penasaran, bisa cek 👉 gairahdewasa.com. Oke, kalau udah siap… yuk lanjut ke cerita 😏
Setelah penisku tenggelam tertelan memek Nek Ijah, dia langsung melakukan gerakan berputar. Luar biasa rasa nikmat penisku yang seperti diperas-peras oleh memeknya.
Mungkin inilah yang disebut “Goyang Karawang”. Penisku bagaikan sendok yang mengaduk vaginanya. Aku tidak peduli apakah Nek Ijah bisa merasakan nikmatnya ngentot, karena aku merasa kan nikmatnya di penisku luar biasa.
Aku mampu bertahan, walaupun permainan Nek Ijah ini top banget. Mungkin karena semalam aku sudah ngecrot dua kali, jadi penisku agak imum. Nek Ijah rupanya asyik sendiri dengan erangan-erangannya.
Mungkin gerakan ini mengakibatkan clitorisnya tergerus maksimal dan G-spotnya juga seperti kena ulegan. Dia mendahului ku mencapai orgasmenya . Tampaknya dia mendapat orgasme yang luar biasa, karena, nenek-nenek ini menjerit tanpa sadar, sampai menarik perhatian semua orang di dalam rumah.
Memang aku merasa penisku seperti dipijat-pijat oleh gelombang orgasmenya. Penisku juga terasa hangat oleh siraman lendir vagina Nek Ijah. Dia sudah ambruk menindih tubuhku dengan nafas terengah-engah.
Setelah usai, perlahan-lahan kubalikkan posisinya sambil menjaga jangan sampai penisku lepas. Aku berhasil menindihnya. Nek Ijah menurut saja kemauanku. Setelah posisinya mantap, aku mulai menggenjot. Terasa agak beda memek nene-nenek ini.
Rasanya sekarang malah lebih menggigit, dibanding tadi. Aku terus bermain mencari jalan ke puncak kepuasanku sendiri. Aku tidak peduli apakah Nek Ijah juga merasakan nikmat. Hampir 10 menit aku mengayuh, mulai terasa aku akan ejakulasi.
Gerakanku dipercepat, sementara itu Nek ijah rupanya syur pula dengan gerak cepatku. Dia merintih seperti menangis lalu berteriak mengejutkanku, ketika aku menembakkan spermaku ke dalam memek nya.
Badanku terasa lelah, sepagi ini sudah bekerja keras. Aku berbaring disamping Nek Ijah sambil mengatur nafasku sampai normal kembali. Nek Ijah mengusap-usap rambutku. Dia kata aku pintar membahagiakan perempuan, karena bisa bermain dan memuaskan pasangannya.
Kupakai kembali celana pendekku dan aku kembali ke kamar mandi mencuci alat vitalku. Bukan itu saja aku mengulang mandi lagi, karena badanku berkeringat. Lepas mandi perutku terasa lapar.
Mereka seperti pandai menduga, karena hidangan nasi goreng, yang cukup pedas dengan telor mata sapi kesukaanku sudah tersedia. Tanpa diminta dua kali aku langsung melahap sepiring penuh nasi goreng yang cukup pedas, tapi rasanya nikmat banget.
Mandi, udah, ngentot udah, makan sampai kenyang. Apalagi kesenangan yang belum kudapat. Dalam hati aku tertawa geli, karena kejadianku dirumah ini seperti “Buy one get four”. Badanku segar, kenyang, dan ringan.
Aku mencari udara segar duduk di amben sambil menghisap rokok dan menyeruput hidangan kopi tubruk. Tidak lama kemudian ke empat bidadariku mengerumuni ku dan kami bercanda sambil berbual-bual.
Mereka memintaku menginap semalam lagi, karena mereka menyenangi aku. Kata Amah aku pinter mainnya, dan kuat. Nek Ijah menimpali dengan mengatakan aku orangnya bagus.
Sudah terbayang dikepalaku, jika aku nginap semalam lagi, maka akan terjadi pesta orgy paling tidak dengan 3 perempuan dewasa. Aku melihat Ani tidak bakal bisa ikut, karena memeknya masih sakit.
Permintaan mereka aku setujui, dan mereka menyambutnya dengan menyiumiku bergantian. Meski aku senang tetapi benakku bertanya. Bagaimana jalan pikiran perempuan-perempuan ini, sehingga mereka dengan seenaknya mengentot denganku di depan anak dan ibunya bahkan neneknya, juga tidak peduli pada cucuk dan cicitnya.
Ketika hal itu kutanyakan dalam obrolan di teras rumah, Imah menimpalinya dengan santai bahwa mereka merasa tidak perlu malu, karena sudah sama-sama dewasa.
Akhirnya dari obrolan itu aku menyimpulkan bahwa mereka meskipun adalah anak, cucu, cicit, emak, nenek dan buyut, sepertinya hubungan itu diabaikan. Mereka menganggap ya sebagai sesama perempuan yang ingin mendapat kepuasan saja.
Entah karena jalan pikirannya terlalu sederhana, atau memang karena norma soal hubungan sex di kampung ini begitu longgar. Jadi mereka tidak perlu ambil pusing, atau merasa malu apalagi segan, jika harus ngentot di depan anak atau cucunya bahkan cicitnya. Karena sama-sama perempuan, sama-sama punya keinginan, ya penuhi saja keinginan itu selagi bisa.
Seharian bergaul dengan mereka aku menjadi makin akrab dan sudah dianggap sebagai keluarga, atau bahkan dianggap sebagai suami mereka. Dengan santainya masing-masing bermanja-manjaan denganku, menggelendot, menciumi dan memelukku dikasur.
Malam kedua, aku bekerja lebih keras, karena kami bermain 4some. Agak berkepanjangan jika aku uraikan permainan kami. Tapi semalam itu aku berhasil mengoral mereka, termasuk Suryani.
Tapi yang bisa dientot tidak termasuk Ani. Hebatnya aku berhasil membuat mereka squirt melalui olahan tanganku. Ini yang membuat mereka makin senang denganku. Malam itu aku sempat dua kali berejakulasi. Agak lupa di memek siapa aku ngecrot malam itu.
Hari itu aku harus pulang ke Jakarta, karena banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Meski pun Amah.Imah dan Ijah tidak menuntut, tetapi aku tidak tega, sehingga mereka kuberi sejuta-sejuta. Mulanya mereka menolak, tetapi aku tahu bahwa uang itu sangat berarti, sehingga aku memaksa mereka menerimanya.
Ketika aku kembali pulang, mereka dengan berat hati melepas, bahkan sampai berlinangan air mata. Mereka menuntutku agar seminggu lagi aku datang lagi dan menginap lebih lama.
Setelah hampir dua minggu aku baru bisa kembali ketempat gubuk mereka. Bukan main senangnya melihat kedatanganku. Itu adalah hari jumat sore. Kau berencana akan menginap di rumah mereka sampai hari minggu. Jadi ada 2 malam yang bakal kuhabiskan untuk pesta orgy di gubuk di tengah desa.
Kedatanganku kali itu aku membawa oleh-oleh. Pakaian-pakaian cukup banyak. Aku memang bukan membeli baju-baju baru, tetapi aku memborong baju-baju bekas eks impor.
Hampir seharian aku memilih dan menaksir ukuran baju-baju mereka. Mungkin sekitar 10 stel untuk setiap orang. Meski pun bekas, tetapi masih sangat layak pakai. Apalagi untuk dipakai di desa, masih kelihatan sangat bagus.
Oleh-oleh setiap orang aku bungkus, satu persatu. Bukan hanya pakaian, tetapi juga ada tas wanita, 3 buah masing-masing, lalu sepatu dan sendal. Semuanya barang bekas eks impor.
Semua baju aku laundry dan barang-barang lain aku bungkus dengan plastik seperti kelihatan baru. Baju-bajunya pun terlihat seperti baru karena terbungkus rapi dalam plastik laundry. Bagasi mobilku penuh.
Sesampai aku ditempat mereka, aku tidak membawanya, karena aku datang sendiri, sehingga tidak bisa aku jinjing sendiri semuanya. Aku ajak mereka ke mobilku, lalu masing-masing membawa oleh-olehnya.
Sesampai di rumah mereka tidak sabar membukanya. Sepertinya aku mengerti selera para perempuan itu, karena mereka merasa cocok dengan pilihanku termasuk model dan warnanya.
Aku tidak mengungkap bahwa itu barang bekas. Mereka menganggap semua itu adalah baru. Tanpa malu, mereka mencoba bajunya satu persatu, Untung ukurannya bisa masuk semua, termasuk sepatu dan sandal.
Aku tahu bahwa mereka tidak punya tempat untuk menyimpan baju-baju itu. Makanya aku menempatkan baju mereka di dalam box kontainer plastik. Jadi aku membawa 4 kontainer, dan kontainer itulah yang mereka gendong.
Aku sudah mempelajari situasi perjalanan dari mobil ke rumah mereka, sehingga aku membungkus kontainer itu dengan karung goni, jadi tidak terlihat mencolok oleh para tetangga mereka.
Aku sudah bagaikan raja di rumah itu. Mereka menawariku untuk dipijat. Bukan tanggung ke empat cewek itu memijatiku semua. Memang pijatannya terasa tidak karuan. Mungkin bukan karena pijatannya kurang nikmat, tetapi karena semua bagian dipijat jadi rasanya bingung untuk menikmati pijatan mana yang enak.
Meski hari masih sore, tetapi akibat pijatan itu suasana jadi hot. Aku hanya mengenakan celana dalam boxer. Mulanya dipijat dengan posisi telungkup, kemudian ya telentang.
Dari sejak telungkup tadi penisku sudah agak mengeras. Begitu telentang, karena tidak ada halangan, penisku jadi makin menggembung. Nek Ijah yang pertama berkomentar sambil meremas penisku. Tanpa menanya dan izinku, ditariknya satu-satunya penutup tubuhku, sehingga penisku berdiri gagah perkasa.
Imah yang sedang memijat paha kananku langsung meraih penisku dan digenggam lalu dikocoknya. Birahiku jadi meningkat. Ditengah kenikmatan itu rupanya Imah sudah mengambil posisi diantara selangkanganku lalu dilomotnya penisku dan melakukan gerakan maju mundur.
Nek Ijah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dia menjilati pentil susuku bergantian kiri dan kanan. Amah nenbuka bagian atas pakaiannya dan menyodorkan susunya untuk aku hisap.
Susunya masih sangat kenyal dan pentilnya terasa pas sekali dipelintir pakai bibir. Aku merasa Suryani masih memijati tangan kananku. Mungkin dia bingung, apa yang harus dilakukan.
Aku dikeroyok begitu dan sudah dua minggu libur tidak ngentot, apalagi sedotan Imah nikmatnya luar biasa, spermaku tidak bisa kupertahankan sehingga meletuslah di dalam mulut Imah.
Ketika spermaku muncrat, terasa Imah diam saja membekap kontolku dengan mulutnya. Sebetulnya ketika ejakulasi, aku merasa kepala penisku geli sekali. Namun semaksimal mungkin aku tahan.
Setelah hentakan ejakulasi usai. Imah melepas mulutnya dari penisku. Aku tidak tahu apakah spermaku di telan atau dibuang, karena pemandanganku tertutup oleh badan si Amah yang masih menyodorkan susunya dan badan Nek Ijah yang masih menjilati putingku bergantian.
Setelah mereka tahu aku mencapai kepuasan, mereka menghentikan aktifitasnya di badanku. Aku tergolek lunglai dan pasrah. Imah membersihkan sekitar kontolku dengan handuk basah. Dengan handuk lain dia menyeka keringat di sekujur tubuhku. Aku benar-benar diperlakukan bagai raja.
Amah memerintahkan anaknya Suryani agar membuka semua bajunya sampai telanjang. Setelah itu dia membimbing anaknya untuk mengoral penisku yang sedang kuyu. Mulanya dia menolak, karena jijik katanya.
Namun ibunya mencontohkan melomot penisku. Neneknya si Imah juga memerintahkan Ani mengoral. Dia setengah memarahi cucunya yang masih belum mampu menghapus rasa jijiknya.
Selepas Amah melompot penisku memberi contoh, si Imah ikut memberi contoh dengan menjilati kedua bijiku. Bagian itu adalah kelemahanku, karena jika dijilat disitu aku merasa nikmat sekali. Dia mencontohkan menjilat kontolku dan memperlihatkan bahwa tidak ada alasan jijik mengoral ku.
Karena si Buyut juga memberi perintah yang sama, tidak ada celah bagi Ani untuk mengelak. Aku tahu bahwa Ani belum terangsang, sehingga dia masih agak jijik.
Tapi karena dipaksa terus akhirnya dia mulai menciumi batang penisku yang sudah mulai bangun. Dari kegiatan menciumi lalu dia mulai berani memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Mulutnya tidak melahap semua kepala penisku, tetapi hanya sebagian saja. Meski begitu rasa nikmatnya sudah mulai menjalari tubuhku.
Perlahan-lahan penisku memuai. Aku bangkit dan dalam posisi duduk mengangkang memperhatikan kerja si Ani. Dia telungkup diantara selangkanganku. Ani kutarik keatas dan melepas kulumannya. Kini dia yang kubaringkan. Ani menuruti kemauanku. Dia tidur telentang dalam keadaan bugil.
Aku menciumi teteknya. Ani menggelinjang dan berusaha menahan kepalaku. Dia merasa geli dan tidak mampu menahannya. Karena kegelian aku menghentikan ciuman di teteknya yang masih kecil.
Tanganku yang kemudian meraba, meremas perlahan-lahan dan mempermainkan putingnya yang masih kecil. Kenyal sekali tetek yang baru tumbuh ini. Bentuknya masih sangat mancung.
Kelihatannya dia mulai bisa mengatasi rasa gelinya dan puting kecilnya mulai mencuat dan terasa agak mengeras. Tanganku yang satunya meraba belahan memeknya. Sumber ngocoks.com
Memek cembung dengan belahan yang rapat. Jari tengahku menekan belahan rapat itu, mencari letak clitorisnya. Tidak terasa dimana letak clitorisnya. Memeknya memang belum berkembang, aku usap-usap di titik yang kuduga adalah tempat clitoris berada.
Mulanya tanganku ditahan, karena dia menggelinjang kegelian juga. Namun aku memaksa bertahan terus mengusap posisi itilnya. Akhirnya dia melemah dan membiarkan aku memainkan memeknya dan mengusap itilnya.
Kucolek lubang vaginanya mulai terasa ada cairan agak kental keluar dari lubang vaginanya. Ini menandakan dia mulai terangsang. Aku penasaran ingin mengoral memek kecil yang baru aku jebol keperawanannya dua minggu lalu.
Kepalaku ditahannya dan dia berusaha menjauhkan kepalaku dari memeknya. Jilatanku masih terasa geli bagi memeknya. Aku memaksa tetap membekap memeknya, namun lidahku tidak menyentuh wilayah itilnya, aku menjilati sekitar lubang vaginanya.
Setelah dia mulai bisa menerima jilatanku, aku beralih ke wilayah itilnya. Setiap tersentuh titik tertentu dia menggelinjang. Aku menengarai di titik itulah letak clitorisnya yang masih tertutup oleh bibir vaginanya.
Aku menyerang titik sensitif itu dengan jilatan halus, sehingga Ani makin menggelinjang. Aku tahu gelinjang ini bukan karena geli, tetapi karena nikmat. Dia sudah terangsang dan cukup tinggi sehingga tidak lagi merasa geli. Jika dia belum terangsang dipastikan tidak mampu menahan rasa geli.
Cukup lama aku mengoral memek Ani sampai terasa secuil daging keras makin menonjol. ?Aku terus berkosentrasi menjilati titik itu. Tanpa dia sadari dia merintih sebagaimana rintihan cewek yang menikmati senggama.
Makin lama, makin menonjol itilnya dan akhirnya dia tidak mampu membendung gelombang orgasmenya. Kepalaku dijepitnya oleh kedua paha dan tangannya menekan kepalaku merapat ke memeknya. Mulutku merasai denyutan bibir memeknya berkali-kali.
Ani kemudian tergeletak pasrah dan menutup matanya. Air mukanya menunjukkan rasa puas. Aku mengambil pelumas Jelly untuk melicinkan penisku memasuki lubang memek kecilnya. Lubang memeknya juga aku lumasi.
Ani diam saja dan pasrah. Dengan hati-hati aku menusuk kepala penisku yang sudah licin karena pelumas jelly. Ani mengernyit menahan sakit.
Penisku terus aku dorong dengan tekanan yang sangat hati-hati sampai akhirnya terbenam seluruhnya. Memperhatikan bibir memeknya, terlihat memek itu seperti terkuak paksa menerima hunjaman penisku.
Perlahan-lahan sekali aku menggenjot memeknya. Aku merasa memeknya masih sangat sempit, tetapi penisku tidak merasa sakit seperti ketika memerawani waktu itu. Setelah berkali-kali gerakan maju mundur, terasa lubang nya makin menerima penisku. Aku pun merasa nikmat oleh jepitan memeknya. Ani diam saja tida merespon gerakanku.
Mungkin anak di bawah umur belum mampu menikmati entotan, sehingga dia tidak bereaksi. Berbeda dengan wanita yang sudah cukup umur, mereka biasanya sudah mengerang jika aku genjot begini.
Aku nikmati saja jepitan memek anak 12 tahun yang sangat nikmat. Lelah main dengan posisi aku diatas, aku berguling sambil memeluk Ani sehingga dia menjadi berposisi di atas. Emaknya, neneknya dan buyutnya memberi arahan agar dia mengatur posisi yang nikmat.
Awalnya Ani jongkok diatasku dan melakukan gerakan naik turun. Namun kontrolnya masih belum bagus sehingga penisku berkali-kali lepas dari lubangnya. Emaknya mengajarinya melakukan gerakan maju mundur.
Gerakan itu memberikan rasa pada penisku seperti diperas-peras. Mungkin Ani merasa sakit melakukan gerakan itu, dia tanpa arahan telungkup diatasku. Dia tidak melakukan gerakan, sehingga akulah yang bergerak dibawahnya.
Posisi aku balik lagi namun kali ini aku tidak menindihnya, tetapi duduk bersimpuh sehingga aku bisa melihat penisku menerjang memek kecilnya. Pemandangan itu menambah rangsangan bagiku sehingga tak lama kemudian aku mencapai puncak dan melepaskan semprotan maniku di dalam memeknya.
Aku tahu si Ani tidak sampai orgasme, mungkin karena dia belum mampu menikmati persetubuhan ini. Badanku penuh keringat. Imah mengurus tubuhku yang penuh berkeringat dengan menyeka menggunakan handuk.
Aku terbaring dalam keadaan masih bugil, lalu ditutupi oleh sarung. Sekitar setengah jam aku istirahat. Sementara itu Ani sudah kembali berpakaian.
Kami kemudian menuju kamar mandi untuk mandi bersama, sebelum hari gelap. Dinginnya air pompa terasa sangat menyegarkan. Aku dimandikan oleh 4 wanita yang semua bugil. Dari ujung kaki sampai rambut semuanya ada yang mengurus. Aku bagaikan anak bayi, diurus oleh 4 perempuan.
Setelah badan segar aku menikmati segelas kopi tubruk, singkong rebus dan rokok kretek. Nikmat sekali suasana desa seperti ini, apalagi perasaanku lega karena habis ngentot dan 2 kali crot.
Sehabis makan malam, mereka masih mematut-matut baju, sepatu dan tas yang aku berikan kepada mereka. Pakaian yang mereka miliki sebelumnya tidak sebanyak yang aku bawakan, sehingga pemberianku ini sangat luar biasa bagi mereka. Padahal aku belanja itu semua tidak sampai sejuta.
Setelah mereka puas dengan baju-baju barunya dan malam juga makin larut, akhirnya kami berkumpul di kasur. Mataku belum merasa ngantuk, sehingga aku duduk bersila. Melihat aku belum rebah, mereka menyesuaikan duduk di dekatku. Amah mengambil kesempatan memijat bahuku, sementara Nek Ijah memijat tangan kanan dan Imah memijat tangan kiri.
Sambil memijat kami mengrobrol mengenai macam-macam, mengenai keluarga mereka, mengenai keadaan kampung. Aku makin banyak tahu mengenai latar belakang mereka satu persatu.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang menikah secara resmi, maksudnya nikah dan mendapat surat nikah. Kebanyakan di kampung ini menikah, cukup mendatangkan kyai lalu mengucapkan ijab. Jadi mereka hanya melakukan nikah siri.
Suami-suami mereka juga mudah saja pergi meninggalkan rumah, dengan alasan mencari kerja di kota, ada yang kembali, tapi kebanyakan pergi begitu saja dan tidak peduli dengan keluarganya. Perempuan ditelantarkan oleh suami, sudah dianggap biasa di desa ini..
Ngobrol lama-lama membuat aku ngantuk. Kubaringkan diriku di kasur, tetapi mereka mengaturku agar aku berbaring di tengah, artinya aku diapit oleh dua orang di kiri dan dua di kanan, Siapa saja yang di kanan dan yang di kiri aku lupa.
Namun ketika aku tidur telentang mereka tidak lantas ikut berbaring. Aku kembali dipijat, sambil mereka terus bercerita bergantian. Sejujurnya aku hanya ingin tidur saja, karena nafsuku untuk “bertempur” sudah agak lemah.
Namun perempuan-perempuan ini tetap berusaha memuaskan hasrat sexku yang sebenarnya sedang dalam keadaan padam. Ada saja yang memijat-mijat penisku yang sedang loyo.
Tidak sekedar meremas dari luar celana, tetapi diraihnya batangku di dalam celana. Seingatku Nek Ijah yang memulai memijat ala vitalku. Dia katanya pernah belajar soal terapi kejantanan. sekeliling kemaluanku diurutnya.
Kepiawaiannya mengurut mengakibatkan perlahan-lahan penisku mengeras juga, makin lama penisku bangun makin keras. Padahal hasratku belum bangun. Urutan dengan tangan kemudian berlanjut dengan urutan dengan mulut. Nek Ijah yang paling senior, mahir sekali memainkan mulutnya.
Puas melumat kemaluanku dia melepas pakaian bawahnya dan mengangkangiku, vaginanya diadu dengan penisku sampai akhirnya penisku terbenam. Dia memainkan vaginanya sambil tetap duduk diam.
Aku merasa otot-otot di dalam kemaluannya berdenyut-denyut memijat penisku. Mungkin gerakan memeknya itulah yang disebut empot ayam. Meski umurnya sudah setengah abad lebih dan cengkeraman memeknya tidak seketat yang muda-muda, tetapi karena kemahirannya, aku merasakan nikmat juga dimainkan oleh memeknya.
Sekitar 10 menit dia melakukan olah otot vagina, rupanya dia makin bernafsu. Nek Ijah mulai memacu gerakan berputar kadang naik turun kadang maju mundur.
Begitu terus berganti-ganti dan dia syurr sendiri sampai akhirnya dia kelojotan karena orgasmenya. Memeknya memang tidak ketat lagi, tetapi karena cairan pelumasnya tidak banyak berproduksi lagi, dampaknya aku merasa dibekap juga oleh jepitan memeknya.
Nek Ijah bangkit, meninggalkan penisku yang masih berdiri tegak gagah berani. Amah yang sedari tadi berbaring disampingku dan membimbing tanganku agar beroperasi di memeknya sampai aku merasakan memeknya banjir, bangkit menggantikan posisi Nek Ijah.
Dia rupanya ingin melakukan dengan posisi berbeda. Di jongkok menduduki penisku dengan posisi membelakangiku. Dia melakukan gerakan mengulek. Aku menikmati pemandangan kemontokan pantatnya yang bergetar-getar ketika menabrak tubuhku.
Meski cahaya remang-remang, aku tetap cukup jelas melihat pantatnya yang semok naik turun dan berputar-putar diatas kemaluanku. Dia mengolah gerakannya sendiri untuk mendapatkan kenikmatan sampai akhirnya dia pun terpuaskan setelah mencapai puncak kenikmatannya dan rebah telentang di atas tubuhku.
Penisku masih terus tegak. Aku sendiri bingung atas kemampuan penisku bertahan keras terus, padahal aku sedang kurang bernafsu. Mungkin itu merupakan hasil kerja terapi kejantanan yang dilakukan nek Ijah tadi.
Melihat penisku masih keras dan tegak, Imah duduk disampingku. Dia mengurut-urut di sekitar kemaluanku. Urutannya membrri kenikmatan sendiri dan mengakibatkan penisku terasa makin keras seperti kayu. Aku tidak tahu, untuk apa penisku diurut, aku senang karena urutannya menambah kekerasan senjataku.
Imah lalu menaikiku dan memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya. Setelah terbenam seluruhnya, Imah telungkup diatasku. Pinggulnya bergerak naik turun, kadang-kadang bergoyang kekiri-kekanan.
Aku merasakan permainannya itu sangat merangsang dan memacu birahiku sampai akhirnya hampir mencapai puncak. Kelihatannya Imah tahu jika aku sudah mendekati finish.
Dia lalu berhenti bergerak, sehingga libidoku turun kembali. Setelah itu dia melakukan olah pinggulnya lagi. Permainannya memang luar biasa, sebab dengan cepat birahiku naik lagi, lalu dia berhenti lagi bergerak.
Aku jadi merasa dipermainkan, karena menjelang aku tepancut, dia berhenti, sehingga aku gagal meraih puncak.. Aku jadi tidak sabar. Jika tadi aku diam saja alias pasif, kini aku berinisiatif bergerak-gerak menerjang ke atas.
Rupanya Imah kurang berkenan, tetapi dia tidak protes, dia hanya mengikuti gerakanku, sehingga dia mampu mengurangi gesekan. Sebab jika aku dorong naik dia ikut naik, aku tarik dia mendorong memeknya mendekat. Gerakanku agak kurang leluasa karena dia menindihku.
Aku menyerah lalu kembali diam. Imah kembali berperan. Dia melakukan gerakan yang unik menurutku. Badannya tidak bergerak, tetapi pinggulnya seperti bergerak seperti gerakan mengangguk-angguk sehingga aku merasakan penisku seperti dicabut-cabut. Gila nikmatnya luar biasa.
Lama-lama gerakannya makin buas dan aku pun terbawa nikmat dan aku sampailah digaris finish, tetapi Imah makin gila dan tidak peduli dengan ejakulasiku. Dia makin buas bergerak.
Rupanya ketika aku ejakulasi, dia pun hampir mencapai kenikmatan. Dampak semprotan spermaku yang hangat membuat dia mencapai kepuasannya sampai dia merintih panjang. Dia terengah-engah di atas tubuhku dan peluh kami mengucur cukup banyak.
Badanku terasa lelah sangat, sehingga aku tidak peduli lagi dengan keadaan tubuhku. Aku langsung tertidur.. Nyenyak sekali tidurku. Aku terbangun pagi-pagi karena mendengar kokok ayam jago.
Begitu bangun aku memegang senjataku. Sebab aku merasa, barangku seolah-olah hilang. Ketika kupegang, ternyata bukan hilang tetapi terkulai loyo.
Aku sempat syok, karena biasanya setiap bangun pagi barangku pasti mengeras, apalagi jika dalam keadaan sesak kencing. Pagi itu aku memang kebelet kencing, tetapi yang mengkhawatirkanku adalah barangku tidak bangun, malah loyo.
Aku bangun dan melepas hajat kecil di luar rumah. Aku kembali dan berbaring di samping Nek Ijah. Dia rupanya juga sudah siuman. Aku peluk tubuhnya lalu aku bisikkan masalahku. Dia senyum-senyum. Dia lalu duduk di sampingku, lalu melepas celanaku dan melakukan pijatan di sekitar kemaluanku.
Kelihatannya dia paham betul dengan otot kemaluan. Tidak terlalu lama dipijat dan diurut, penisku mulai bangun dan makin lama makin keras. Aku kagum juga kemahirannya membangunkan ular tidur. Penisku jadi keras, padahal aku tidak sesak kencing.
Nek Ijah berhenti memijat dan membiarkan penisku tegak berdiri mengeras. Sekitar 5 menit dia diamkan sambil terus diamati. Penisku tidak menyusut, masih tetap tegak. Nek Ijah mengangguk-angguk yang aku tidak tahu apa maksudnya.
Suryani yang baru bangun diperintahkan Nek Ijah membuka pakaian bawahnya. Ani tidak berani membantah kecuali mengikuti instruksi buyutnya. Aku menangkap rencana Nek Ijah.
Dia menginginkan agar aku mencoba kedigdayaan penisku kelubang cicitnya. Aku meraih pelumas K Jelly dan melumasi seluruh batang penisku. Nek Ijah memerintah aku menindih cicitnya. A
ku bangkit mengikuti perintahnya dan langsung mengarahkan penisku memasuki lubang vagina yang masih belum berbulu. Ani sebetulnya belum siap menerima penisku, karena dia belum terangsang. Aku tahu itu makanya aku lumasi memeknya dengan K jelly.
Tidak terlalu sulit penisku masuk ke dalam memek sempit dibantu pelumas k Jelly. Nikmat sekali rasanya jepitan memek anak dibawah umur. Aku memompa per lahan-lahan dan makin lama makin cepat.
Cukup lama juga aku menggenjot Ani, meski pun memeknya menjepit dan nikmat tapi aku bisa bertahan cukup lama. Ani mulai terbawa gelombang birahi, sehingga tanpa sadar dia mendesis-desis lalu merintih. Aku makin bersemangat, karena aku tahu dia mulai merasa kenikmatan disetubuhi.
Tiba-tiba Ani merintih panjang dan memeluk diriku ketat sekali. Dia mendapatkan orgasme, aku makin yakin, karena memeknya menjepit-jepit dengan irama seperti orang berejakulasi.
Aku behenti sejenak sampai dia selesai meluapkan kenikmatannya. Setelah itu aku mainkan lagi genjotan dan rasa memeknya makin nikmat saja. Sebetulnya tadi aku sudah hampir sampai juga, tetapi hilang karena gerakan aku hentikan.
Aku genjot lagi dan aku berkosentrasi penuh sampai menjelang puncak kenikmatanku. Rupanya kosentrasiku memberi dampak pada permainanku yang menghantar punak kenikmatan Ani kembali.
Dia merintih panjang dan memelukku lagi, tapi aku tidak peduli aku sudah hampir sampai maka aku genjot dan tidak berselang lama aku pun sampai kepuncak kepuasanku. Cerita ini di upload oleh situs ngocoks.com
Luar biasa rasanya permainanku kali ini. Selain cukup lama, juga sangat nikmat. Aku tidak tahu pasti, penyebabnya apakah karena memek anak kecil yang sempit atau karena pijatan terapi kejantanan yang dilancarkan Nek Ijah tadi.
Dua malam aku menginap di rumah mereka aku menjadi kuda pacu yang seolah-olah tidak mengenal lelah karena semua lawanku bisa aku atasi dengan memuaskan. Meskipun spermaku makin lama sedikit keluarnya, tetapi vitalitasku tidak berkurang, tetap greng dan tetap bergerak tanpa lelah.
Berikutnya aku sering berkunjung ke desa mereka. Awalnya aku bisa sering ke desa mereka, rutin tiap dua minggu sekali. Kebetulan aku mendapat proyek konstruksi di Karawang, sehingga aku bisa dekat dengan mereka.
Setelah setahun dan proyekku selesai, aku menjadi jauh. Karenanya mereka sering aku boyong ke apartemenku. Aku memiliki apartemen dengan 3 kamar, yang sudah lama kubeli dari kawanku yang pada waktu itu butuh duit. Aku mendapatkan harga yang cukup murah waktu itu.
Aku di pertengahan usia 30 memang belum pernah menikah dan belum punya pasangan tetap. Dengan kehadiran mereka dalam hidupku aku bagaikan memiliki istri 4 orang sekaligus. Istri yang unik karena mereka adalah anak beranak dan usianya masing-masing berbeda 14 tahun.
Kehidupan mereka terangkat karena aku santuni. Penampilannya pun tidak lagi lusuh. Bahkan sudah dapat dikatakan bening-bening. Jika dilihat tampilan mereka terakhir, tidak terlihat bekas bahwa dahulunya mereka orang pelosok desa, yang tinggal di gubuk bambu.
Setehun kemudian aku mendapat proyek besar, sehingga bisa membelikan sebidang tanah, yang tidak terlalu luas, cuma sekitar 120 m2, di desa yang lebih dekat dengan kota Karawang Diatas tanah itu aku bangunkan sebuah rumah yang minimalis tetapi dirancang artistik.
Diruang tengah ada ruangan luas. Itu memang kurancang begitu, karena di ruangan itu kubangun 4 kompartemen untuk masing-masing mereka.
Aku mendadani mereka dan membantu merawat tubuh mereka. Rasanya kalau aku berjalan dengan ke 4 wanita ini di Senayan City, bakal banyak mata melirik iri kepadaku.
Halo sobat Ceritasange 👋 gua mau rekomendasiin web temen gua nih. Isinya juga full 18+ 🔥 dan dijamin bikin kalian betah lama-lama nongkrong di sana. Kalau penasaran, bisa cek 👉 gairahdewasa.com
